Minggu, 06 Mei 2012

Menepis Anggapan Komunisme


Rabu, 2 Mei 2012 - 13:21 wib

Judul Buku : TAN MALAKA The Leadership Secrets of
Penulis    : Argawi Kandito
Penerbit : ONCOR
Cetakan : Pertama, 2011  
Tebal : xii+124 halaman

Tan Malaka merupakan tokoh yang dikenal tidak mendukung Pancasila. Partai Murba dan karya Madilognya selalu disamakan dengan konsep komunisme. Sebab dalam AD/ART partai Murba tidak tercantum Pancasila sebagai ideologi partai. Sedangkan Madilog juga dituduh tidak mendukung Pancasila dikarenakan tidak menyentuh aspek agama.
  
Buku ini ditulis menggunakan pendekatan matafisik-spiritual, sebuah metode semacam komunikasi dengan mahluk yang hidup di dunia lain (gaib). Melalui pendekatan ini, Argawi Kandito mencoba menampilkan cerita yang berbeda dengan cerita yang ada di buku-buku lain.

Menurut Tan Malaka, Pancasila merupakan jalan menuju kekuasaan. Walaupun kekuasaan banyak diperebutkan orang, Tan Malaka tidak ambisi untuk memilikinya. Dia lebih suka menjadi guru bangsa. Sebab guru bangsa tidak bisa dikudeta dan jasa-jasa nya selalu dikenang sepanjang masa.
  
Tan Malaka beranggapan, tugas guru bangsa adalah menjadi pengontrol para penguasa agar tidak memilih jalur yang salah. Para penguasa harus taat pada rambu-rambu yang tercantum dalam Pancasila. Untuk menjadi sosok guru bangsa itulah, ia harus paham tentang Pancasila. Sehingga Tan Malaka beranggapan bahwa pemikirannya, tidak berseberangan dengan maksud Pancasila. Ia selalu menghormati Pancasila dan selalu menyinergikan pemikirannya dengan Pancasila, walaupun dalam AD/ART Murba tidak tercantum Pancasila.
  
Bagi Tan Malaka, Pancasila merupakan orientasi dari partai Murba. Dengan begitu arus politik yang partai Murba selalu berhaluan dengan esensi Pancasila. Dia menegaskan, Murba tidak sama dengan PKI. Orientasi Murba sejalan dengan Pancasila, bukan komunisme.
  
Madilog sebagai sebuah karya Tan Malaka merupakan pemikiran “jalan tengah” antara materialisme dan idealisme. Materialisme dan idealisme tidak mungkin bisa disatukan dan karenanya akan menciptakan korban salah satu diantara keduanya. Untuk terhindar dari korban itulah, jalan tengah dianggap sebagai alternatif terbebas dari korban.
  
Buah karya itu (Madilog) tidak lepas dari kristalisasi gerakan Blok Barat dan Blok Timur yang saling besitegang pada masa itu. Konflik yang cenderung saling menjatuhkan dan melenyapkan satu sama lain sangat tidak menguntungkan jika bangsa Indonesia turut andil dalam konflik tersebut.  Mereka yang kuat akan muncul sebagai pemenang dan yang kalah menjadi korban.
  
Dengan gaya metode penulisan buku yang agak lain dari yang lain, yang jelas buku ini berupaya memberikan informasi mencerahkan terhadap orang-orang yang sudah menstigma Tan Malaka sebagai sosok anti Pancasila, Komunis. Kebenaran informasi buku ini tergantung persepsi masing-masing pembaca.
Dimuat di Okezone.com

M. Abdurrahman
Pegiat Komunitas Rindu Alas IAIN Walisongo Semarang

0 komentar:

Posting Komentar