Jumat, 30 Maret 2012

Mempertanyakan Kembali Makna Kemerdekaan



Oleh : M. Abdurrahman Badri
Sejak bangsa Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 lalu, banyak makna yang dapat diambil dari peristiwa itu. Arti kemerdekaan perlu dipertanyakan kembali, apakah hanya sebatas bebas dari penjajah, keterpurukan ekonomi, kemiskinan, sosial, pendidikan, infrastruktur, atau yang lainnya.  Menjelang 17 Agustus merupakan moment penting untuk mengevaluasi makna kemerdekaan seperti itu yang banyak diartikan umumnya orang. Dengan begitu, kita sama halnya bercermin diri atas keberhasilan kebebasan dari para penjajah. Dan substansi kemerdekaan pun akan lebih bermakna.
Biasanya semacam seremonial digelar untuk menyambut HUT RI dengan berbagai cara, semisal lomba, selamatan, upacara, atau berbagai hiburan lainnya. Semua itu sudah biasa dilakukan oleh masyarakat sejak dulu dan hingga sekarang pun masih tetap menjadi rangkaian penting untuk mengisi acara kemerdekaan. Hingga berbagai permasalahan bangsa, semacam terorisme, konflik politik, masalah buruknya gizi anak-anak, kemiskinan, rendahnya pendidikan dan pengangguran terlupakan sejenak. Sebab jarang sekali pada saat HUT RI menggelar acara semacam itu di desa-desa maupun kota. Maka tanggal 17 Agustus nanti adalah saatnya moment-moment seperti itu jangan sampai terlupakan di samping dari acara rutin.
Teror Bom
Pada umumnya, teror bom seperti di Bali dan Jakarta yang tepat di JW Marriott dan The Ritz-Carlton merupakan ancaman bagi keamanan Indonesia. Teror yang ditimbulkan bom tersebut membuat orang-orang takut jika berkunjung ke mal, hotel, dan tempat-tempat hiburan lainnya. Padahal Indonesia saat ini sudah lama merdeka dari kekejaman penjajah. Di manakah letak keamanan yang seharusnya dirasakan oleh rakyat?
Ini menjadi pekerjaan rumah (PR) penting bagi kita. Bagi saya, keamanan merupakan suatu hal terpenting dari arti kemerdekaan. Tidak ada kemerdekaan jika kondisi negara kita masih seperti di masa penjajahan yang banyak menebar ketakutan-ketakutan di mana-mana. Seperti palestina, jika mereka mengakui negara itu merdeka, tampaknya sulit untuk menemukan kemerdekaannya. Sebab tidak ada rasa aman dan tentram bagi para penduduk walaupun secara infrastruktur memiliki bengunan baik.
Begitu juga dengan Indonesia. Secara fisik, bangsa kita lebih baik dari zaman dulu. Masyarakat dapat melakukan transaksi ekonomi dengan santai tanpa adanya tekanan dari pihak lain. Akan tetapi kondisi semacam itu tampaknya memasuki kondisi yang mengkhawatirkan. Teror bom masih saja leluasa di berbagai tempat. Mungkin, pada saatnya nanti, stabilitas bangsa akan terganggu seiring keberhasilan menciptakan ketakutan-ketakutan melalui bom yang ditebar para teroris. Dengan begitu kemerdekaan yang dirasakan masyarakat sama halnya kemerdekaan semu yang jauh dari harapan.
Maka pada tanggal 17 Agustus nanti seluruh elemen masyarakat harus bersatu dalam membasmi kekerasan dan ketakutan melawan teroris. Dan tidak ada salahnya bila moment seperti itu menjadi agenda evaluasi diri atas kemerdekaan sesungguhnya.
Kemiskinan
Selain keamanan, kemiskinan merupakan bagian pokok terpenting dari evaluasi arti kemerdekaan sebenarnya. Melihat bahwa bangsa kita masih banyak yang menjadi kuli di negara tetangga dan tidak sedikit pula menjadi korban atas kebiadaban para majikan, maka apakah ini sudah bisa disebut dengan merdeka?. Inilah yang harus kita ketahui bersama.
Kemiskinan dapat juga menjadi penyebab kematian seseorang. Tidak hanya karna kelaparan saja, menjadi buruh di tempat orang termasuk pula salah satu sebab dari kematian atas kemiskinan. Sudah banyak para tenaga kerja Indonesia (TKI) yang mati di negara orang lain. Yang menyedihkan lagi, gaji selama bekerja di tempat majikannya tak diberikan sejak awal bekerja hingga ajal menjemput. Apakah kita tidak membuka mata dengan lebar-lebar betapa penjajahan terhadap kita masih saja terjadi.
Akibat dari peristiwa tersebut itulah martabat kita sebagai bangsa Indonesia terinjak-injak oleh negara lain. Hal ini kelihatannya seperti kasus sepele yang berawal dari kemiskinan yang dialami masyarakat kita. Dengan ini kemerdekaan yang telah kita rasakan bertahun-tahun lamanya ternyata masih jauh dari sejahtera.
Lapangan pekerjaan dalam negeri yang terbatas membuat orang-orang miskin lebih memilih mengadu nasib di luar negeri. Dalam pandangan mereka, kesejahteraan hidup akan mudah diperoleh dengan gaji yang banyak. Dambaan seperti itu bagi setiap orang boleh-boleh saja. Akan tetapi jika dikontekskan dengan keadaan bangsa yang sudah merdeka sejak tahun 1945 lalu sangat ironi. Karena tidak ada jaminan kesejahteraan hidup sejak para nenek terdahulu hingga anak cucu. Oleh karenanya perhatian pemerintah dalam kemiskinan perlu ditingkatkan. Biar makna hakiki kemerdekaan bangsa dari penjajahan bangsa lain baik secara fisik maupun non- fisik dapat dirasakan bagi seluruh rakyat Indonesia.  
dimuat di Koran Sore Wawasan

0 komentar:

Posting Komentar