Jumat, 30 Maret 2012

Menimbang Kembali Pengabdian PT

PERGURUAN TINGGI (PT) sebagai tempat sivitas akademika punya peran moral tersendiri di masyarakat. Peran itu merupakan sumbangsih yang dirumuskan dalam tridarma perguruan tinggi, yakni pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Ketiga hal itu saling berkait, sehingga bila bisa diimplementasikan akan terwujud kesempurnaan proses pendidikan.

Tridarma PT adalah kunci keberhasilan mencetak mahasiswa yang berjiwa implementatif. Sistem pengajaran di PT merupakan tangga awal bagi mahasiswa.

Sebab, pengajaran merupakan media untuk mentransfer ilmu dari sang pendidik ke anak didik. Namun pembelajaran di kampus lebih menekankan sikap terbuka yang berbeda dari di sekolah. Mahasiswa dituntut mengeksplorasi keilmuan, tak hanya dari dosen, tetapi dari buku, seminar, dan diskusi.

Dengan kebebasan seperti itulah, sistem pengajaran di kelas tak terfokus pada satu objek (dosen). Semua orang di kelas bisa terlibat diskusi. Metode seperti itu adalah bentuk edukasi yang bisa merangsang kekritisan mahasiswa. Mereka tak dituntut seragam dalam berpikir dan mengambil referensi. Justru perbedaan pendapat dianggap pembangkit semangat belajar.

Budaya itu merupakan langkah dasar membina mental mahasiswa untuk memasuki jenjang berikutnya. Keterlibatan mereka dalam arus yang berlainan pendapat menghantarkan pada keterampilan beranalisis dan berpikir dewasa dalam menyikapi realitas. Ketika terjadi konflik horizontal di masyarakat, mereka bisa menggunakan pendekatan ilmiah yang memperhatikan moralitas kemanusiaan.

Penelitian

Penelitian merupakan tahap kedua tridarma PT. Aktivitas penelitian mendekati wujud pengabdian sesungguhnya. Artinya, keterlibatan sivitas akademik dalam penelitian merupakan langkah menuju ke pengabdian pada masyarakat.
Untuk mencapai tahap itu, seorang peneliti harus punya bekal teori. Setidaknya pada tahap awal, mahasiswa sudah dilatih belajar teori dan analisis sehingga ketika memasuki dunia penelitian sudah tak asing lagi.

Di bidang penelitian, kampus terkadang tak banyak melibatkan mahasiswa. Kalaupun ada, jumlahnya tak sebanding dengan dosen. Itu sangat disayangkan, mengingat wahana penelitian bisa dimanfaatkan untuk mengoptimalisasikan kemampuan mahasiswa.

Mahasiswa dianggap kurang cakap dan belum saatnya melakukan aktivitas sebagai peneliti. Di sisi lain, mahasiswa yang terlibat kegiatan itu bertambah pengalaman dalam kajian dunia ilmiah. Maka untuk mendayagunakan ketajaman mahasisa perlu sinergitas wahana itu agar mahasiswa sebagai penerus perjuangan bangsa makin banyak melakukan kajian ilmiah melalui dunia penelitian.

Penelitian itu tentu memiliki manfaat sangat banyak. Paling tidak, sebagai wujud kemajuan ilmu pengetahuan. Sebab, perkembangan ilmu pengetahuan tak lepas dari kemajuan penelitian. Dari sisi inilah ilmu pengetahuan selalu dikaji ulang. Pengetahuan ilmiah yang ada hanya bersifat relatif dan harus disesuaikan dengan konteks zaman.

Pengabdian

Kuliah kerja nyata (KKN) masih jadi alternatif sebagai wahana pengabdian ke masyarakat. Di lapangan, mahasiswa diuji berinteraksi langsung dengan warga. Mereka belajar langsung dengan masyarakat sekitar yang sangat berbeda dari belajar di kampus. Justru ilmu yang perlu diaplikasikan dalam realitas itu cenderung mengutamakan aspek sosialis, sehingga sikap saling menghormati jadi tujuan utama.

Dalam hal ini, pengabdian pihak kampus sebagai pusat kegiatan sivitas akademika sangat ditunggu masyarakat. Kampus tak hanya pusat obral bicaramelalui tulisan dan diskusi, tetapi harus bisa bersikap lebih realistis sebagai bentuk kontribusi ke masyarakat.  (51)

- M Abdurrahman, pegiat Komunitas Rindu Alas, IAIN Walisongo Semarang (/)
di mauat di Suara Meredeka

0 komentar:

Posting Komentar