Jumat, 30 Maret 2012

Idealisme: Antara Harapan dan Praktik

SOE Hok Gie, sosok legenda Angkatan 66, adalah mahasiswa idealis. Dia sangat populer berkat idealismenya. Tulisan dia berupa kritik terhadap pemerintahan saat itu sangat tajam. Kemantapan idealisme yang dia yakini tak tergadaikan oleh apa pun.
Bagi mahasiswa, kata “idealis” tak asing lagi. Idealis dianggap fondasi jiwa yang tak tergoyahkan oleh tawaran apa pun; tetap pada prinsip sebagaimana yang diyakini. Itulah yang berlaku pada mahasiswa idealis. Tentu ada tujuan tertentu yang hendak dicapai dengan prinsip itu.

Keteguhan hati sebagai sinonim dari idealis merupakan gerakan moral yang perlu diperjuangkan. Tindakan yang dianggap bertentangan dengan moralitas, seperti pembunuhan, penggusuran, dan kekerasan yang merupakan pelanggaran hak asasi manusia, menjadi musuh utama. Meski itu dilakukan berdasar konstitusi, secara kemanusiaan telah melanggar hak orang lain. Di sinilah letak makna idealis.

Pemerintah yang kerap menggusur berdasar kontitusi yang memiliki kekuatan hukum, dalam pandangan idealis, adalah salah. Idealisme seperti itu tak jarang bertentangan dengan khalayak umum dan hukum. Bisa dikatakan, ketika orang lain ke barat, seorang idealis ke timur. Sikap itu bukan tanpa dasar.

Karena itu sosok idealis terkadang pemberani. Artinya prinsip yang diyakini berbeda dari umumnya merupakan konsekuensi perbuatan itu. Sebab, ada tujuan lain yang hendak dicapai. Maka Soe Hok Gie pernah mengatakan, demi idealis dia rela sendiri ditinggalkan orang lain.

A Mangunharjana (1997) dalam bukunya, Isme-isme dalam Etika dari A sampai Z,  menyatakan idealisme menekankan gagasan, ide, isi pikiran, buah mental. Dalam konteks mahasiswa, idealisme gagasan dan ide bukan perkara baru. Mahasiswa bisa berkata dan menulis apa saja tentang idealisme. Akan tetapi antara idealisme gagasan dan dunia nyata terkadang jadi persoalan tersendiri. Bagaimana mahasiswa menerapkan idealisme tersebut?

Dalam kaitan itu, retorika kerap jadi alat untuk mengemukakan idealisme. Kaum idealis bisa menggunakan argumentasi-argumentasi kritis dalam menyikapi kondisi. Itu bertujuan kuat meneguhkan sikap idealis. Namun sikap idealis yang diyakini itu sulit diperjuangkan dalam dunia nyata.

Kesulitan mengimplementasikan idealisme disebabkan oleh terlalu tingginya harapan. Walaupun begitu sikap idealis terkadang mendapat tempat di hati orang lain dan tak jarang mereka dianggap sebagai kaum radikal pembela minoritas. Meski kesulitan, mereka berhasil memberikan pencerahan dan mencerdaskan publik.
Idealisme Demonstrasi

Ketika mahasiswa demonstrasi di gedung pemerintah, tuntutan untuk berpihak pada orang miskin, tidak korupsi, adil, memprihatinkan nasib rakyat, dan sebagainya merupakan serangkaian “perintah” untuk bersikap baik. Bagi mahasiswa, sikap tersebut adalah harga mati. Mereka meyakini, pelanggaran terhadap sikap itu akan menimbulkan kekacauan sosial.

Idealisme sangat berguna untuk menjaga independensi diri. Orang mampu menjaga independensi diri  dianggap sebagai pribadi yang berprinsip.  (51)

- Siska Arifatun, mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang
Suara Merdeka

0 komentar:

Posting Komentar