Oleh: M. Abdurrahman Badri
Beberapa bulan
lalu, saya membaca sebuah ramalan dari pada peramal baik Indonesia, Cina,
Brazil, dan
sebagainya. Intinya seolah ada kesepakatan di antara para peramal itu bahwa
tahun 2012 akan terjadi kiamat. Entah benar atau tidak, yang jelas ramalan yang
mereka lakukan sangat mengganggu psikologis saya. Saya beranggapan, dunia
setenang ini kok tiba-tiba mau kiamat, apalagi jaraknya sudah dekat lagi.
Jelas, ulah para peramal itu sangat membahayakan. Jika tidak disikapi dengan
keimanan pada yang maha kuasa, barangkali ramalan mereka dianggap pasti benar.
Ini sangat berbahaya.
Melihat ramalan itu, saya teringat dengan nabi Muhammad
SAW. Saat dia ditanya tentang kapan munculnya hari kiamat, dia lebih banyak
tidak tahu. Katanya yang mengerti kapan munculnya kiamat itu hanya Allah. Tapi,
dengan keberanian peramal, apa yang dia lihat dalam alam gaib itu seolah-olah
benar. Dengan keyakinan tersebut itulah dia berani mengatakan bahwa tahun 2012
akan terjadi kiamat. Berbeda dengan sang nabi, dia hanya berkata tidak tahu,
dan kiamat adalah urusan Tuhan. Oleh karenanya, statement nabi tersebut
mengindikasikan bahwa umat Islam diingatkan bahwa tidak ada yang tahu kapan
hari kiamat muncul. Jika terpaksa umat Islam percaya dengan sejumlah ramalan
kiamat, itu berarti dia sudah tidak percaya dengan nabi. Dengan begitu keimanan
mereka sudah lemah siring dengan kepercayaan pada ramalan.
Kiamat merupakan suatu perkara yang abstrak. Keberadaan
dan kemunculannya tidak ada yang mengerti kecuali hanya Tuhan. Akan tetapi,
dalam Islam sudah digariskan, kiamat akan terjadi manakala di bumi ini sudah
tidak ada umat Islam yang menjalankan syari’ah. Yang sering populer di telinga
kita, tanda-tanda kiamat adalah munculnya Matahari dari arah barat, munculnya
imam Mahdi, Dajjal, Ya’juj Ma’juj, dan lainnya. Semua itu hanya sebagai
pertanda bakal munculnya kiamat. Sedangkan sampai saat ini juga, tanda-tanda
itu sepertinya belum tampak di sekeliling kita.
Seharusnya, ramalan yang dipublikasikan itu adalah
ramalan bencana alam, seperti gempa bumi, tanah longsor, Sunami, bom,
kemiskinan, kelaparan, sehingga jika masyarakat umum tahu dapat dijadikan
antisipasi agar terhindar dari berbagai macam musibah. Sebab selama ini ramalan
BMKG tampaknya tidak banyak dipercayai karena tidak para normal. Sebab
masyarakat kita lebih banyak percaya pada peramal. Tapi, kenapa mereka
(paranormal) itu tidak pernah mempublikasikan ramalan mengenai bencana dalam jangka
dekat? Apakah mereka tidak tahu. Kalau tidak tahu, mengapa kiamat yang
notebenenya adalah urusan Tuhan dan perkara besar malah justru banyak diketahui
mereka?
Sangat berbahaya memang mempublikasikan ramalan kiamat.
Masih ingat beberapa tahun sebelumnya, ada yang meramalkan, tahun sekian, bulan
sekian, tanggal sekian, jam sekian, akan terjadi kiamat. Lagi-lagi realita itu
ternyata tidak terbukti. Jadi dalam pandangan saya, seorang yang berani
mengumumkan kapan terjadinya kiamat, dia sudah berani melebihi keabsolutan
Muhammad sebagai nabi sekaligus sudah berani mencoba-coba menjadi wakil Tuhan
dalam mempublikasikan pada umat manusia. Padahal, Muhammad SAW. sebagai sang
kekasih tidak diberi tahu, apa dukun atau para normal lebih dari sang kekasih?
Sebab itulah, akhir-akhir ini memang banyak bermunculan
para normal. Kita bisa melihat di televisi, banyak sekali orang yang mengaku
bisa merubah nasib kiat berbekal dengan ramalan yang mereka bisa. Apa yang
dikatakan mereka, jika tidak diimbangi dengan dasar-dasar agama tentu akan
mengikis keimanan kita.
Dalam menyikapi
fenomena banyak peramal tersebut ternyata eksistensi Tuhan mulai diambil alih.
Saya tidak bisa membayangkan, apakah para peramal itu sudah merasa menjadi
Tuhan?.
Mendahului taqdir
atau mempercayai manusia yang tiba-tiba bisa merubah nasib manusia dengan
ilmunya menurut teologi Islam sudah dianggap kafir. Apalagi yang dilakukan itu
dipublikasikan di masyarakat. Tentu orang-orang awam yang tidak paham mengenai
tauhid akan mudah percaya dengan yang dikatakan mereka. Dengan kepercayaan
tersebut mereka sama halnya menduakan Tuhan sebagai sang pencipta.
Jadi publikasi
ramalan kiamat sangat berbahaya karena dapat memperlemah keimanan manusia.
Berbeda dengan konsumsi golongan sendiri seperti yang pernah terjadi di Bandung beberapa tahun
lalu. Dengan privatisasi itu, dampak yang ditimbulkan tidak begitu meluas. Lain
dengan diumumkan di publik, pastinya madlarat atas publikasi itu lebih
besar karena mencakup soal keimanan manusia.
dimuat di Koran Sore Wawasan
0 komentar:
Posting Komentar