Oleh: M. Abdurrahman Badri
Nasional Demokrat (Nasdem) berdiri pada Senin (1/2/2010)
di Istora Senayan Jakarta.
Berdirinya ormas tersebut merupakan suatu ekpresi keprihatian tehadap kondisi
bangsa yang belum bisa memberi kesejahteraan rakyat. Banyaknya partai politik yang
bersaing di negeri ini dianggap masih mementingkan kepentingan golongan mereka
sendiri. Rakyat dicampakkan begitu saja tanpa ada keinginan dari partai tertentu
untuk memperbaiki nasib mereka kepada lebih baik. Maka ketika merespon realitas
tersebut, Surya Paloh mendirikan ormas berguna untuk mengimbangi gerakan
politik dari partai yang ada.
Deklarator Nasdem
terdiri dari berbagai unsur dan latar belakang. Antara lain, Anies Baswedan,
Sultan Hamengku Buwono X, Syafii Maarif, Khofifah Indarparawansa, Siswono
Yudohusodo, Ferry Mursyidan Baldan, Syamsul Mua'rif, Enggar Tyasto Lukito dan
Surya Paloh sebagai sebagai pendiri utama. Nama-nama deklator yang memiliki
beragam latar belakang tersebut tampak mengukuhkan bahwa Nasdem adalah
organisasi masa, bukan partai. Walaupuan muncul berbagai macam dugaan bahwa
Nadem adalah embrio partai politik, sejauh ini belum bisa dibuktikan akan
kebenarannya.
Dalam salah satu misi
Nasdem tertulis keinginan menata kembali demokrasi melalui partisipasi rakyat
dari tingkat lokal hingga terbentuknya solidaritas nasional (melalui jalur
partai politik dan non-partai politik), memantapkan reformasi birokrasi sebagai
pelayan rakyat dan bukan alat kekuasaan, negara-bangsa dan negara
konstitusional yang kuat. Dalam misi itu Nasdem ingin menunjukkan kepada
rakyat, bahwa partai politik yang ada saat ini ternyata belum mampu membawa
reformasi kepada perubahan sesungguhnya, yaitu kesejahteraan rakyat. Sehingga
perlu dimantapkan kembali kepada posisi sebenarnya.
Sejauh yang tampak
saat ini, gelagat Nadem masih tampak layaknya ormas biasa. Ia tidak pernah
mengklaim sebagai embrio partai politik yang akan bertarung pada pemilu 2014. Namun
dilihat dari misi dan gerakan mereka, banyak elit partai tertentu mengira bahwa
Nasdem suatu saat akan jadi partai. Demikian inilah yang mungkin sangat
mengusik mereka atas kehadiran Nadem.
Para pendiri dan pengurus Nasional
Demokrat (Nasdem) diminta untuk bersikap jantan dengan mengumumkan secara tegas
apakah akan beralih menjadi partai politik atau terus menjadi organisasi
masyarakat. Hal ini penting karena Nasdem diam-diam terus menggerogoti jaringan
massa partai politik di akar rumput. Desakan ini disampaikan pengamat politik M
Qodari, Wakil Sekjen Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuzy, Wakil
Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie, dan Sekjen DPP Partai Golkar
Idrus Marham, di Jakarta.(Suara Karya, 24/6/10). Qodari menilai wajar saja jika
sebagian partai politik merasa gerah dengan kehadiran Nasdem. Sebab, meski
pendiri dan pengurus Nasdem selalu mengklaim sebagai organisasi1 masyarakat
(ormas), namun aktivitasnya mirip partai politik, berbeda sekali jika
dibandingkan dengan NU (Nahdlatul Ulama) atau Muhammadiyah.
Terjadinya
kegelasahan petinggi partai di negeri ini merupakan suatu ancaman keberadaan
partai politik. Ada yang menduga, apabila Nadem benar-benar embrio pertai
politik, itu berarti Nasdem telah mencuri star kampenye dengan jubah ormasnya.
Sebab kemungkinan juga Nasdem akan terbentuk menjadi partai dikarenakan pendiri
utama, Surya Paloh, adalah sempalan Golkar yang kalah saat mencalonkan diri
jadi ketua Golkar. Hal inilah yang perlu diwaspadai.
Partai
sempalan Golkar yang bebarapa tahun lalu ikut dalam pertarungan pemilu
rata-rata kemunculannya disebabkan kekecewaan atau ketidak puasan. Partai
Hanura dan Gerindra, saat ini jadi lawan Golkar dalam memperebutkan posisi di
pemerintahan. Bisa juga dari kekecewaan Surya Paloh pada pemilihan ketua
kemarin, dia berinisiatif mendirikan partai sebagai saingan partai asalnya.
Kemungkinan-kemungkinan
beralihnya Nasdem jadi partai politik bisa saja terjadi. Dilihat dari misi dan
gerakannya, apa yang dilakukan partai tertentu dilakukan juga oleh Nasdem.
Apabila suatu saat Nasdem benar-benar tidak lagi sebagai ormas, tentunya tidak
ada perbedaan dengan apa yang dilakukan oleh partai. Yang jelas, tranformasi
Nasdem kepada partai akan menghilangkan ciri perjuangan ormas yang cenderung
memihak pada rakyat.
Jangan Nodai Dirimu
Saat
ini, persepsi rakyat dengan elit politik tentang Nasdem berlainan. Bila
petinggi partai Nasdem dianggap sebagai embrio partai politik, tidak demikian
dengan rakyat. Sebab sejauh yang terjadi saat ini, kehadiran Nasdem masih
dianggap sebagai jembatan rakyat. Hak-hak rakyat yang dilanggar dan bentuk
perilaku ketidakadilan selalu dikumandangkan ketika sang deklarator berpidato.
Kehadiran
Nasdem merupakan angin segar yang mampu memecahkan masalah bangsa. Sampai
sekarang, gerilya Nasdem lebih ekstrim dari pada partai politik. Nasdem lebih
bersikap aktif dari pada pasif. Rakyat kelas bawah menjadi rujukan penting
dalam rangka memberikan kontribusi pergerakan nyata. Kasus korupsi, pelanggaran
HAM, pelayanan rakyat yang kurang memuaskan, menjadi kajian utama Nasdem.
Seolah dengan hadirnya Nadem di tengah-tengah rakyat tidak jauh beda dengan
ratu adil. Sehingga dia dianggap sebagai berkah yang melebihi keberkahan partai
lain.
Kepercayaan
rakyat terhadap eksistensi Nasdem sebagai ormas perlu dijaga. Meninggalkan ciri
khas ormas akan menyudutkan Nasdem pada
pusat perhatian. Apa yang
dijanjikan dan diucapkan selama menjadi ormas akan menjadi buah bibir yang
dianggap sebagai omong kosong. Maka jangan sekali-kali Nasdem berhijrah menjadi
partai politik bila legitimasi ormas tetap dipercaya rakyat. Apabila Nasdem
tidak mampu menjaga konsistensi dirinya sebagai ormas, itu sama halnya telah
menodai diri sendiri. Dengan begitu Nasdem sama saja menipu rakyat dengan jubah
ormasnya.
Dimuat di Koran Sore Wawasan
0 komentar:
Posting Komentar