Jumat, 30 Maret 2012

Jangan Sampai Nasdem Jadi Partai


Oleh: M. Abdurrahman Badri 


Nasional Demokrat (Nasdem) berdiri pada Senin (1/2/2010) di Istora Senayan Jakarta. Berdirinya ormas tersebut merupakan suatu ekpresi keprihatian tehadap kondisi bangsa yang belum bisa memberi kesejahteraan rakyat. Banyaknya partai politik yang bersaing di negeri ini dianggap masih mementingkan kepentingan golongan mereka sendiri. Rakyat dicampakkan begitu saja tanpa ada keinginan dari partai tertentu untuk memperbaiki nasib mereka kepada lebih baik. Maka ketika merespon realitas tersebut, Surya Paloh mendirikan ormas berguna untuk mengimbangi gerakan politik dari partai yang ada.
            Deklarator Nasdem terdiri dari berbagai unsur dan latar belakang. Antara lain, Anies Baswedan, Sultan Hamengku Buwono X, Syafii Maarif, Khofifah Indarparawansa, Siswono Yudohusodo, Ferry Mursyidan Baldan, Syamsul Mua'rif, Enggar Tyasto Lukito dan Surya Paloh sebagai sebagai pendiri utama. Nama-nama deklator yang memiliki beragam latar belakang tersebut tampak mengukuhkan bahwa Nasdem adalah organisasi masa, bukan partai. Walaupuan muncul berbagai macam dugaan bahwa Nadem adalah embrio partai politik, sejauh ini belum bisa dibuktikan akan kebenarannya.
            Dalam salah satu misi Nasdem tertulis keinginan menata kembali demokrasi melalui partisipasi rakyat dari tingkat lokal hingga terbentuknya solidaritas nasional (melalui jalur partai politik dan non-partai politik), memantapkan reformasi birokrasi sebagai pelayan rakyat dan bukan alat kekuasaan, negara-bangsa dan negara konstitusional yang kuat. Dalam misi itu Nasdem ingin menunjukkan kepada rakyat, bahwa partai politik yang ada saat ini ternyata belum mampu membawa reformasi kepada perubahan sesungguhnya, yaitu kesejahteraan rakyat. Sehingga perlu dimantapkan kembali kepada posisi sebenarnya.
            Sejauh yang tampak saat ini, gelagat Nadem masih tampak layaknya ormas biasa. Ia tidak pernah mengklaim sebagai embrio partai politik yang akan bertarung pada pemilu 2014. Namun dilihat dari misi dan gerakan mereka, banyak elit partai tertentu mengira bahwa Nasdem suatu saat akan jadi partai. Demikian inilah yang mungkin sangat mengusik mereka atas kehadiran Nadem.
            Para pendiri dan pengurus Nasional Demokrat (Nasdem) diminta untuk bersikap jantan dengan mengumumkan secara tegas apakah akan beralih menjadi partai politik atau terus menjadi organisasi masyarakat. Hal ini penting karena Nasdem diam-diam terus menggerogoti jaringan massa partai politik di akar rumput. Desakan ini disampaikan pengamat politik M Qodari, Wakil Sekjen Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuzy, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie, dan Sekjen DPP Partai Golkar Idrus Marham, di Jakarta.(Suara Karya, 24/6/10). Qodari menilai wajar saja jika sebagian partai politik merasa gerah dengan kehadiran Nasdem. Sebab, meski pendiri dan pengurus Nasdem selalu mengklaim sebagai organisasi1 masyarakat (ormas), namun aktivitasnya mirip partai politik, berbeda sekali jika dibandingkan dengan NU (Nahdlatul Ulama) atau Muhammadiyah.
            Terjadinya kegelasahan petinggi partai di negeri ini merupakan suatu ancaman keberadaan partai politik. Ada yang menduga, apabila Nadem benar-benar embrio pertai politik, itu berarti Nasdem telah mencuri star kampenye dengan jubah ormasnya. Sebab kemungkinan juga Nasdem akan terbentuk menjadi partai dikarenakan pendiri utama, Surya Paloh, adalah sempalan Golkar yang kalah saat mencalonkan diri jadi ketua Golkar. Hal inilah yang perlu diwaspadai.
            Partai sempalan Golkar yang bebarapa tahun lalu ikut dalam pertarungan pemilu rata-rata kemunculannya disebabkan kekecewaan atau ketidak puasan. Partai Hanura dan Gerindra, saat ini jadi lawan Golkar dalam memperebutkan posisi di pemerintahan. Bisa juga dari kekecewaan Surya Paloh pada pemilihan ketua kemarin, dia berinisiatif mendirikan partai sebagai saingan partai asalnya.
            Kemungkinan-kemungkinan beralihnya Nasdem jadi partai politik bisa saja terjadi. Dilihat dari misi dan gerakannya, apa yang dilakukan partai tertentu dilakukan juga oleh Nasdem. Apabila suatu saat Nasdem benar-benar tidak lagi sebagai ormas, tentunya tidak ada perbedaan dengan apa yang dilakukan oleh partai. Yang jelas, tranformasi Nasdem kepada partai akan menghilangkan ciri perjuangan ormas yang cenderung memihak pada rakyat.
Jangan Nodai Dirimu
            Saat ini, persepsi rakyat dengan elit politik tentang Nasdem berlainan. Bila petinggi partai Nasdem dianggap sebagai embrio partai politik, tidak demikian dengan rakyat. Sebab sejauh yang terjadi saat ini, kehadiran Nasdem masih dianggap sebagai jembatan rakyat. Hak-hak rakyat yang dilanggar dan bentuk perilaku ketidakadilan selalu dikumandangkan ketika sang deklarator berpidato.
            Kehadiran Nasdem merupakan angin segar yang mampu memecahkan masalah bangsa. Sampai sekarang, gerilya Nasdem lebih ekstrim dari pada partai politik. Nasdem lebih bersikap aktif dari pada pasif. Rakyat kelas bawah menjadi rujukan penting dalam rangka memberikan kontribusi pergerakan nyata. Kasus korupsi, pelanggaran HAM, pelayanan rakyat yang kurang memuaskan, menjadi kajian utama Nasdem. Seolah dengan hadirnya Nadem di tengah-tengah rakyat tidak jauh beda dengan ratu adil. Sehingga dia dianggap sebagai berkah yang melebihi keberkahan partai lain.
            Kepercayaan rakyat terhadap eksistensi Nasdem sebagai ormas perlu dijaga. Meninggalkan ciri khas ormas akan menyudutkan Nasdem pada  pusat  perhatian. Apa yang dijanjikan dan diucapkan selama menjadi ormas akan menjadi buah bibir yang dianggap sebagai omong kosong. Maka jangan sekali-kali Nasdem berhijrah menjadi partai politik bila legitimasi ormas tetap dipercaya rakyat. Apabila Nasdem tidak mampu menjaga konsistensi dirinya sebagai ormas, itu sama halnya telah menodai diri sendiri. Dengan begitu Nasdem sama saja menipu rakyat dengan jubah ormasnya.          
Dimuat di Koran Sore Wawasan

0 komentar:

Posting Komentar